PRICE LIST OF GLORIA SEAFOOD SUPPLIER BALI 2022

PRICE LIST OF SEAFOOD 2022

Senin, 27 Juni 2011

AKHLAK DAN IMAN


BAB I
PENDAHULUAN


A.       LATAR BELAKANG
Kehidupan bermasyarakat tidak akan tegak tanpa kerja sama antar anggotanya. Kerja sama ini hanya dapat terjadi jika ada undang-undang yang mengatur hubungan-hubungan antar anggota masyarakat serta membatasi hak-hak dan kewajibannya. Tapi undang-undang ini tetap memerlukan sebuah kekuatan yang memiliki kewibawaan dan supremasi dalam jiwa manusia serta menjamin terjaganya.
Kami tegaskan bahwa di muka bumi ini tidak ada kekuatan yang setara atau mendekati kekuatan agama dalam menjamin tegaknya hukum, keharmonisan antar anggota masyarakat, ketaatan pada aturan-aturannya, serta terciptanya ketenteraman dan kedamaian di dalamnya. 
Akhlak merupakan pilar jiwa pribadi yang memiliki keutamaan, penyangga masyarakat yang bermartabat. Suatu masyarakat akan tegak selama ada akhlak di dalamnya dan akan hancur ketika akhlak tidak ada di dalamnya. Dalam pandangan agama umumnya dan Islam khususnya, akhlak memiliki tempat yang tinggi dan kedudukan yang terhormat. Pujian tertinggi al-Qur`an untuk Rasulullah Saw. adalah:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. al-Qalam/68: 4).








BAB II
PEMBAHASAN
 
A.     DEFINISI AKHLAK
Ada   dua   pendekatan   untuk   mendefenisikan   akhlak,   yaitu   pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan:  budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung  segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari.

B.     DEFINISI IMAN
Menurut bahasa Iman berarti “pembenaran hati”. Sedangkan menurut istilah, Iman adalah :تصديق بالقلب , وإقرارباللسان , وعمل بالأركان
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Iman adalah Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat ”Laa ilaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah” (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah), serta mengamalkan konsekuensi nya.
”Iman adalah Mengamalkan dengan anggota badan”maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, lisan mengamalkan dalam bentuk perkataan, sedangkan anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Amalan – amalan hati mencakup 24 perkara yang berisikan keyakinan (aqidah) dan niat. Diantara nya adalah Rukun Iman yang enam, Mencintai Allah, Cinta dan Benci karena Allah, Taubat, Syukur, Tawakal, Tidak suka marah, tidak dengki, Ikhlas dan seterus nya
Amalan – Amalan lisan mencakup 7 perkara yaitu Melafazhkan kalimat tauhid, Membaca al-Quran, Mempelajari Ilmu Agama, Mengajarkan Ilmu Agama, Doa, Dzikir, Menjauhi perkataan sia – sia.

C.     HUBUNGAN AKHLAK DENGAN IMAN
Akhlak dan iman adalah dua perkara yang perlu kita miliki. Sebagai seorang muslim, kita haruslah mengetahui bahawa terdapat hubungan di antara akhlak dan iman. Akhlak yang baik menurut pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup sekadar disimpan di dalam hati,melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal soleh atau tingkah laku yang baik. Jika iman melahirkan amal soleh,barulah dikatakan iman itu sempurna karna dapat direalisasikan.
Jelaslah bahawa akhlaq adalah mata rantai kepada keimanan. Sebagai contoh,sifat malu (dalam membuat kejahatan) adalah satu dari pada akhlaqul mahmudah´. Dalam hadis Nabi ada menegeaskan bahawa malu itu adalah cabang dari pada keimanan. Sebaliknya,akhlak yang dipandang buruk adalah akhlak yang menyalahi prinsip-prinsip keimanan. Seterusnya sekalipun sesuatu perbuatan pada lahirnya baik, tetapi titik tolak nya bukan kerana iman,maka perbuatan itu tidak dapat penilaian di sisi Allah s.w.t.
Hubungan antara akhlak dan iman tercermin dalam pernyataan Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a: yang berbunyi "Orang mukmin yang sempurna imannya ialah yang terbaik budi  pekertinya(akhlak)" (Riwayat Al-Tarmidzi).
Selain itu,akhlak dan iman mempunyai hubungannya yang lain. Kita dapat lihat hubungan itu berdasarkan motivasi iman itu sendiri.Tindakan dan pekerjaan manusia selalu didorong oleh suatu motivasi tertentu. Motivasi itu ada bermacam-macam,ada yang kerana kepentingan kekayaan,ingin masyhur namanya dan sebagainya.Adapun dalam pandangan Islam, maka yang menjadi pendorong paling dalam dan paling kuat untuk melakukan sesuatu amal perbuatan yang baik, adalah akidah,iman yang tersemat dalam hati. Iman itulah yang membuat seseorang muslim ikhlas hendak bekerja keras bahkan rela berkorban. Iman itulah sebagai motivasi dalam peribadi nya yang membuatkan seseorang tidak boleh diam dari pada melakukan kegiatan kebajikan dan amal soleh.
Jika´motor iman´ itu bergerak,maka keluarlah produknya berupa amal soleh dan akhlaqul karimah´. Dengan demikian hanya daripada jiwa yang di hayati iman dapat diharapkan memancarkan kebaikandan kebajikan yang sebenarnya. Kebaikan yang lahir tanpa bersumberkan keimanan, adalah kebaikan yang tidak mendapat penilaian di sisi Allah s.w.t.
Daripada rukun iman yang enam,dua dari padanya adalah kepercayaan kepada Allah dan kepercayaan kepada hari akhirat. Dua rukun iman ini menjadi asas dan teras yang membezakan antara islam dan akhlak-akhlak lainnya serta dengan sendirinya membezakan kesannya kepada akhlak. Keimanan kepada kedua-dua hakikat ini memberikan kesan yang positif. Sebaliknya kepercayaan kepada yang lain atau penafian kepada kedua-dua hakikat tersebut memberikan kesan yang negatif. Hubungan yang lazim antara keimanan kepada Allah dan hari akhirat dengan keberkesanannya membentuk akhlak yang baik atau sebalik nya, jika tidak beriman dengan dua hakikat tadi dengan keberkesanan nya membentuk akhlakyang jahat dan buruk.
Orang yang beriman dengan Allah dan hariak hirat akan dikesani dengan sifat-sifat Allah  yang termahal dan tertinggi yang akan mengesani pula berbagai perlakuan dan kegiatan hidupnya. Perlakuandan kegiatan yang dikesani oleh sifat tinggi dan mulia ini adalah perlakuan dan kegiatan yang bernilai baik. Nilai kebaikan ini akan semakin meningkat dengan meningkatnya kesedaran kepada nilai pembalasan di hari akhirat sebagai tempat dan masa kehidupan insan yang hakiki. Demikian juga sebaliknya, orang yang tidak beriman dengan Allah tetapi beriman dengan tuhan yang batil dan palsu atau yang menepikan langsung konsep ketuhanan sudah tentu dikesani oleh sifat yang batil dan palsu yang berikutnya akan menyesali perlakuan dan kegiatan dalam hidupnya, lebih-lebih lagi yang langsung tidak mengakui pembalasan di atas perlakuan akan kegiatannya.


























BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Dapatlah dinyatakan dengan tegas bahawa akhlak yang mulia merupakan roh kepada agama Islam. Seluruh aspek dan ruang dalam agama Islam ditunjangi dan didasari oleh nilai akhlak yang mulia. Hal ini dapat kita fahami dengan baik, apabila kita menyedari bahawa misi kehadiran Nabi Muhammad itu sendiri ke alam ini adalah untuk melaksanakan tugas nyempurnakan akhlak yang mulia.
Dengan ini jelaslah bahwa hubungan akhlak dengan iman saling berkait rapat antara satu sama lain dalam melahirkan akhlak seseorang muslim yang benar-benar berkualitas, tanpa salah satudaripada aspek tersebut maka akhlak yang lahir tidak sempurna.

B.     SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, dan kami sadar karena keterbatasan pada diri kami, maka kami berharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas segala saran dan yang diberikan kepada kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA


Afifuddin, et. al.. Spektrum Pendidikan Islam. Bandung: Azkia Pustaka Utama. 2008.

Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak – Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002.

Prof Drs H.A Sadali, Dasar-Dasar Agama Islam, Bulan Bintang,Jakarta,1984.

Mohd Sulaiman bin Hj Yasin, Akhlak dan Tasawuf, Yayasan Salman,Selangor,1999.

Hamzah Yaqub, etika islam pokok-pokok kuliah ilmu akhlaq, CV Publicita, Jakarta,1972.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar