BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berbeda
dengan mahluk lain, manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berfikir
yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (yang sering
disebut sebagai mahluk yang berkesadaran). Mengenai apa yang dipikirkan adalah
terpusat pada diri sendiri dalam hal asal mulanya, keberadaan dan tujuan akhir
hidupnya. Pada saat manusia masih kecil, ia baru bisa melihat dan mengenal apa
yang ada di sekelilingnya secara reseptif, seperti makanan, minuman, pakaian,
barang-barang lain dan tumbuh-tumbuhan dan binatang.selanjutnya yang dikenal
adalah ayah ibunya, saudara-saudaranya dan orang lain dalam hubungan yang
semakin jauh. Selanjutnya berkat perkembangan alam pikiran dan kesadaranya,
maka ia mulai mengenal makna masing-masing hal itu secara kritis. Lalu kemudian
kedudukan, fungsi dan ketertarikan antara satu dengan yang lain. Dengan
demikian esensi (diri) dan eksistensi (keberadaan manusia itu sendiri) setiap
hal itu menjadi semakin jelas. Kemudian pengenalanya itu berkembang menjadi
semakin kreatif.
Selanjutnya
dengan pemikiranya yang kritis dan kreatif ini manusia memikirkan dirinya
sendiri yaitu hakikatnya sebagai manusia. Dari pemahaman tentang hakikat
pribadinya itu, manusia lalu sadar akan adanya berbagai macam persoalan hidup
yang justru bersumber dari kebutuhan dan kepentingan yang dituntut pemenuhanya
bagi setiap unsur hakikat pribadinya itu. Kemudian, ia sadar akan perlunya
pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya tujuan hidupnya. Untuk itu
manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas pemikiranya.
Mengenai
bagaimana berfikir filosofis dan apa ciri-ciri atau karakteristik berfikir filosofis
itu, kami akan mencoba membahas dalam makalah kami.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana ciri-ciri berfikir filosofis?
2.
Bagaimana titik temu antara ilmu pengetahuan agama dan filsafat?
C.
TUJUAN
Dalam
pembuatan makalah ini kami bermaksud memberikan sedikit pengetahun tentang
ciri-ciri berfikir filosofis dan perbedaan ciri-ciri filsafat dengan ilmu dan
agama.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
CIRI-CIRI FILSAFAT
Pemikiran kefilsafatan
menurut Suyadi M.P dan Sri Suprapto Wirodinigrat itu sama, mempunyai 3 ciri
yaitu menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Lain halnya dengan Sunoto
menyebutkan ciri-ciri dari berfilsafat yaitu diskriptif, kritis atau analitis,
evaluativ atau normativ, spekulatif dan sistematik.
- Menyeluruh
Artinya pemikiran yang luas - Mendasar
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek. - Spekulatif
Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Adapun menurut Ali Mudhofir (1996)
ciri-ciri berfikir secara kefilsafatan adalah sebagai berikut :
1.
Berfikir secara kefilsafatan
dicirikan seara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti
akal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfikir
sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan.
2.
Berfikir secara kefilsafatan
dicirikan secara universal (umum). Berfikir secara universal adalah berfikir
tentang hal serta proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan
sesuatu yang parsial.
3.
Berfikir secara kefilsafatan
dicirikan secara konseptual
4.
Berfikir kefilsafatan dicirikan
secara koheren dan konsisten
5.
Berfikir secara kefilsafatan
dicirikan secara sistematik
6.
Berfikir secara kefilsafatan dicirikan
secara komprehensif
7.
Berfikir secara kefisafatan
dicirikan secara bebas
8.
Berfikir secara kefilsafatan
adalah pemikiran yang bertanggung jawab.
B.
ASAL DAN PERANAN
FILSAFAT
1.
Asal filsafat
Ada 3 hal yang
mendorong manusia untuk berfikir filosofis :
a.
Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa
Yunani thaumasia) sebagai asal filsafat
b.
Kesangsian
Filsuf lain, misalnya Agustinus (254-430 M) dan Rene
Descrates (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran.
c.
Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa
dirinya itu sangat kecil dan lemah terutama bila di bandingkan dengan alam
sekelilingnya.
2.
Peranan filsafat
a.
Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan
dalam penjara tradisi dan kebiasaan.
b.
Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara”
yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
c.
Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari
segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia
itu.
C.
CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS
1.
Sebagai pemikir dan menjadi
kritisnya manusia terhadap dirinya sendiri.
2.
Sebagai pemikir dalam dunia
yang difikirkan
Dalam memikirkan masalah-masalah itu,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a.
Adanya inter-relasi (saling
hubungan) diantara jawaban kefilsafatan
b.
Pikiran yang filosofis haruslah
runtut (coherent)
Dibawah ini beberapa hukum berfikir yang dapat dijadikan
sebagai patokan :
1.
Hukum identitas, bunyinya :“sesuatu
benda adalah benda itu sendiri“, artinya, bahwa arti dari sesuatu benda tetap
sama selama benda itu dipikirkan
2.
Hukum kontradiktif, bunyinya
“sesuatu benda tidak bisa menjadi benda itu sendiri dan benda lain pada waktu
yang sama”. Maksudnya adalah bahwa dua sifat yang berlainan tidak mungkin ada
pada suatu benda pada waktu dan tempat yang sama.
3.
Hukum penyisihan jalan tengah,
bunyinya “segala sesuatu harus positif atau negative. A pastilah B atau bukan
B. artinya, sifat yang berlawanan tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh
suatu benda. Yang mungkin adalah hanya salah satu yang bisa dimiliki.
D.
TITIK TEMU
Filsafat
mengambil pengetahuan yang terpotong-potong dari berbagai ilmu, kemudian
mengaturnya dalam pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu.
Filsafat lebih
mementingkan personalitas, nilai-nilai, juga bidang pengalaman. Filsafat lebih
sintetik dan sinoptik dalam mengahdapi, kualitas dan kehidupan yang
keseluruhan. Filsafat berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesa
yang interpretativ dan menemukan arti hakiki benda. Filsafat mementingkan
hubungan antara fakta-fakta khusus dengan bagian yang lebih besar adalah
perbedaan derajat dan penekanan
Filsafat tidak mengingkari wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikanya atas wahyu, tetapi ada juga beberapa hal yang masuk ke wilayah agama yang diselidiki pula oleh filasafat.
Filsafat tidak mengingkari wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikanya atas wahyu, tetapi ada juga beberapa hal yang masuk ke wilayah agama yang diselidiki pula oleh filasafat.
Dalam
filsafat, untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki manusia harus mencarinya
sendiri dengan mempergunakan segala potensi lahir dan batin.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berfikir filosofis adalah menyeluruh,
mendasar dan spekulatif. Walaupun antar kebenaran yang disajikan oleh agama,
mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh filsafat, tetapi tetap, agama
tidak bisa disamakan dengan filsafat.
B.
SARAN
Tiada gading yang
tak retak dan tiada manusia yang sempurna begitu juga dengan kami. Kami
menyadari bahwa posisi kita saat ini bukanlah sebagai seorang filsuf, melainkan
hanya sebagai orang yang sedang belajar filsafat. Dalam pembuatan makalah ini
tentunya masih banyak yang perlu diperbaiki . Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar makalah kami yang
berikutnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Juhaya S Praja, Aliran-Aliran
Filsafat Dan Etika, Kencana : Jakarta
Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat, Ar Ruzz Media : Yogyakarta, 2004
Surojiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Bumi Aksara : Jakarta, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar