PRICE LIST OF GLORIA SEAFOOD SUPPLIER BALI 2022

PRICE LIST OF SEAFOOD 2022

Jumat, 15 Juni 2012

FILSAFAT




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Berbeda dengan mahluk lain, manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berfikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (yang sering disebut sebagai mahluk yang berkesadaran). Mengenai apa yang dipikirkan adalah terpusat pada diri sendiri dalam hal asal mulanya, keberadaan dan tujuan akhir hidupnya. Pada saat manusia masih kecil, ia baru bisa melihat dan mengenal apa yang ada di sekelilingnya secara reseptif, seperti makanan, minuman, pakaian, barang-barang lain dan tumbuh-tumbuhan dan binatang.selanjutnya yang dikenal adalah ayah ibunya, saudara-saudaranya dan orang lain dalam hubungan yang semakin jauh. Selanjutnya berkat perkembangan alam pikiran dan kesadaranya, maka ia mulai mengenal makna masing-masing hal itu secara kritis. Lalu kemudian kedudukan, fungsi dan ketertarikan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian esensi (diri) dan eksistensi (keberadaan manusia itu sendiri) setiap hal itu menjadi semakin jelas. Kemudian pengenalanya itu berkembang menjadi semakin kreatif.
Selanjutnya dengan pemikiranya yang kritis dan kreatif ini manusia memikirkan dirinya sendiri yaitu hakikatnya sebagai manusia. Dari pemahaman tentang hakikat pribadinya itu, manusia lalu sadar akan adanya berbagai macam persoalan hidup yang justru bersumber dari kebutuhan dan kepentingan yang dituntut pemenuhanya bagi setiap unsur hakikat pribadinya itu. Kemudian, ia sadar akan perlunya pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya tujuan hidupnya. Untuk itu manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas pemikiranya.
Mengenai bagaimana berfikir filosofis dan apa ciri-ciri atau karakteristik berfikir filosofis itu, kami akan mencoba membahas dalam makalah kami.



B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana ciri-ciri berfikir filosofis?
2.      Bagaimana titik temu antara ilmu pengetahuan agama dan filsafat?

C.     TUJUAN
Dalam pembuatan makalah ini kami bermaksud memberikan sedikit pengetahun tentang ciri-ciri berfikir filosofis dan perbedaan ciri-ciri filsafat dengan ilmu dan agama.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    CIRI-CIRI FILSAFAT
Pemikiran kefilsafatan menurut Suyadi M.P dan Sri Suprapto Wirodinigrat itu sama, mempunyai 3 ciri yaitu menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Lain halnya dengan Sunoto menyebutkan ciri-ciri dari berfilsafat yaitu diskriptif, kritis atau analitis, evaluativ atau normativ, spekulatif dan sistematik.
  1. Menyeluruh
    Artinya pemikiran yang luas
  2. Mendasar
    Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek.
  3. Spekulatif
    Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Adapun menurut Ali Mudhofir (1996) ciri-ciri berfikir secara kefilsafatan adalah sebagai berikut :
1.      Berfikir secara kefilsafatan dicirikan seara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan.
2.      Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum). Berfikir secara universal adalah berfikir tentang hal serta proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan sesuatu yang parsial.
3.      Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual
4.      Berfikir kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten
5.      Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik
6.      Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif
7.      Berfikir secara kefisafatan dicirikan secara bebas
8.      Berfikir secara kefilsafatan adalah pemikiran yang bertanggung jawab.
B.     ASAL DAN PERANAN FILSAFAT
1.      Asal filsafat
Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk berfikir filosofis :
a.       Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani thaumasia) sebagai asal filsafat
b.      Kesangsian
Filsuf lain, misalnya Agustinus (254-430 M) dan Rene Descrates (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran.
c.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya itu sangat kecil dan lemah terutama bila di bandingkan dengan alam sekelilingnya.
2.      Peranan filsafat
a.       Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan.
b.      Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
c.       Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu.

C.    CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS
1.      Sebagai pemikir dan menjadi kritisnya manusia terhadap dirinya sendiri.
2.      Sebagai pemikir dalam dunia yang difikirkan

 Dalam memikirkan masalah-masalah itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a.       Adanya inter-relasi (saling hubungan) diantara jawaban kefilsafatan
b.      Pikiran yang filosofis haruslah runtut (coherent)
Dibawah ini beberapa hukum berfikir yang dapat dijadikan sebagai patokan :
1.      Hukum identitas, bunyinya :“sesuatu benda adalah benda itu sendiri“, artinya, bahwa arti dari sesuatu benda tetap sama selama benda itu dipikirkan
2.      Hukum kontradiktif, bunyinya “sesuatu benda tidak bisa menjadi benda itu sendiri dan benda lain pada waktu yang sama”. Maksudnya adalah bahwa dua sifat yang berlainan tidak mungkin ada pada suatu benda pada waktu dan tempat yang sama.
3.      Hukum penyisihan jalan tengah, bunyinya “segala sesuatu harus positif atau negative. A pastilah B atau bukan B. artinya, sifat yang berlawanan tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda. Yang mungkin adalah hanya salah satu yang bisa dimiliki.

D.    TITIK TEMU
Filsafat mengambil pengetahuan yang terpotong-potong dari berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu.
Filsafat lebih mementingkan personalitas, nilai-nilai, juga bidang pengalaman. Filsafat lebih sintetik dan sinoptik dalam mengahdapi, kualitas dan kehidupan yang keseluruhan. Filsafat berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesa yang interpretativ dan menemukan arti hakiki benda. Filsafat mementingkan hubungan antara fakta-fakta khusus dengan bagian yang lebih besar adalah perbedaan derajat dan penekanan
Filsafat tidak mengingkari wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikanya atas wahyu, tetapi ada juga beberapa hal yang masuk ke wilayah agama yang diselidiki pula oleh filasafat.
Dalam filsafat, untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan segala potensi lahir dan batin.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berfikir filosofis adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Walaupun antar kebenaran yang disajikan oleh agama, mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh filsafat, tetapi tetap, agama tidak bisa disamakan dengan filsafat.

B.     SARAN
Tiada gading yang tak retak dan tiada manusia yang sempurna begitu juga dengan kami. Kami menyadari bahwa posisi kita saat ini bukanlah sebagai seorang filsuf, melainkan hanya sebagai orang yang sedang belajar filsafat. Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak yang perlu diperbaiki . Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar makalah kami yang berikutnya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Juhaya S Praja, Aliran-Aliran Filsafat Dan Etika, Kencana : Jakarta

Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat, Ar Ruzz Media : Yogyakarta, 2004

Surojiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Bumi Aksara : Jakarta, 2003.








































Tidak ada komentar:

Posting Komentar